PENGARUH
PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN FLASH CARD TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT DASAR ANAK
TUNARUNGU KELAS 1 SDLB KENDALREJO
PROPOSAL SKRIPSI
Dosen Pengampu
Dr. Yuliyati, M.Pd
Oleh
Tri Cahyono
14010044067
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2016
|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan pokok
bagi setiap individu. Dikatakan penting karena dengan mendapatkan pendidikan,
peserta didik dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan mereka sehingga dapat
menjadi bekal yang bermanfaat dalam menghadapi perkembangan zaman. Pendidikan
juga tidak hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kondisi yang normal saja
tetapi juga mereka yang mengalami hambatan atau berkebutuhan khusus. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang Pasal 28C ayat 1 tentang Hak Asasi Manusia berbunyi: “Setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia”. Manusia bagaimanapun keadaannya adalah makhluk individu dan
makluk sosial, demikian pula halnya dengan anak
berkebutuhan khusus.
Salah satu peserta didik yang mengalami hambatan
atau berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu. Tunarungu adalah istilah yang
menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara
normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara
tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus (Depdikbud, 1999/2000 : 3). Selanjutnya, hambatan ini dapat
menimbulkan beberapa masalah seperti: 1) masalah perkembangan bahasa dan
komunikasi, 2) perkembangan sosial dan emosi, 3) perkembangan kognitif
(Muhammad, alih bahasa Sembodo, 2008 : 68). Oleh karena itu anak tunarungu
membutuhkan layanan khusus untuk menangani permasalahan yang dialaminya.
Anak tunarungu mengalami hambatan dalam kemampuan
menulis yang disebabkan karena kehilangan indera pendengarannya sehingga akan
menghambat keterampilan berbahasanya. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan
perkembangannya, anak tunarungu perlu diberikan pelatihan berupa 4 komponen
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini diperjelas
dengan pendapat Tarigan bahwa “semakin terampil seseorang berbahasa, semakin
cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan
berfikir” (Tarigan, 2008:1).
Keterampilan menulis pada dasarnya sangat dibutuhkan
oleh anak tunarungu untuk mengutarakan atau mengekspresikan perasaan yang
efektif dan emosi dalam tulisan serta menurunkan gagasan-gagasannya apa yang
ada didalam pikiran anak tunarungu. Dengan demikian, anak tunarungu akan dapat memanfaatkan
dan menggunakan struktur kalimat dasar dan mampu menuliskan kalimat dasar. Hal
ini diperjelas dengan pendapat Tarigan bahwa “Keterampilan menulis ini tidak
akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang
banyak dan teratur” (Tarigan, 2008:4).
Menurut Tarigan (2008:22) “Menulis sangat penting
bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong
kita berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati
hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan
masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman”. Begitu pula
dengan anak tunarungu, dengan memberikan keterampilan menulis kalimat dasar
anak tunarungu akan mudah memperdalam daya tanggap atau persepsinya sehingga
bisa menikmati atau merasakan antara hal yang bersifat abstrak maupun konkret
yang saling berhubungan dan berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh anak
tunarungu. Sedangkan keterampilan menulis muncul dari keyakinan, perhatian dan
dorongan anak tunarungu untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam
tulisan yang didukung oleh terciptanya situasi-situasi didalam kelas. Untuk
mengembangkan keterampilan menulis anak tunarungu dibutuhkan suatu model
pembelajaran langsung, maka dengan adanya model pembelajaran langsung hambatan
di dalam keterampilan menulis anak tunarungu akan dapat teratasi. Untuk
mengatasi hambatan tersebut diperlukan tekanan pada semua aspek menulis mulai
dari tahapan pra menulis, pengajaran langsung saat menulis dan pengajaran pasca
menulis. Menerapkan konsep kepada anak tunarungu yang berhubungan dengan
aktivitas sehari-hari untuk menunjang proses keterampilan menulis anak
tunarungu sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, pengetahuan tentang sesuatu sangat
dibutuhkan oleh anak tunarungu di dalam keterampilan menulis kalimat dasar yang
disajikan secara tahap demi tahap. Untuk mengembangkan pengetahuannya maka
perlu dilakukan pemilihan bahasa dan retorika untuk menunjang
Pada kenyataannya, anak tunarungu Kelas 1 SDLB sudah mampu menulis, menyusun kalimat dasar
sebanding dengan anak Kelas 1 pada umumnya yang sudah mampu menulis, menyusun
kalimat dasar. Dalam penelitian ini, penulis melaksanakan model pembelajaran
langsung dengan menggunakan media flash card serta mendemonstrasikan atau
mempratekkan secara langsung untuk memperjelas pemahaman materi tentang
menulis, menyusun kalimat dasar. Media
flash card dipilih karena karekteristik anak tunarungu yang cenderung memanfaatkan
indera penglihatan untuk memperoleh informasi.
Untuk itulah dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Flash Card Terhadap Keterampilan Menulis Kalimat
Dasar Anak Tunarungu Kelas 1 SDLB
Kendalrejo”
B.
Rumusan
Masalah Penelitian
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Rumusan
masalah umum:
Apakah
media pembelajaran flash card berpengaruh terhadap keterampilan menulis kalimat
dasar anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo?
2. Rumusan
masalah khusus:
Bagaimana
pengaruh menulis kalimat dasar pada anak
tunarungu kelas 1 sebelum menggunakan media pembelajaran flash card di SDLB Kendalrejo?
Bagaimana
pengaruh menulis kalimat dasar pada anak
tunarungu kelas 1 sesudah menggunakan media pembelajaran flash card di SDLB Kendalrejo?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
umum
Tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran flash card terhadap
keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
2. Tujuan
khusus
Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar sebelum diberikan media pembelajaran
flash card pada anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
b. Untuk
mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar sesudah diberikan media
pembelajaran flash card pada anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari dua sisi,
yaitu.
1.
Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu kebahasaan, terutama pada aspek
pembelajaran menulis untuk anak tunarungu.
2.
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, penulis, dan peneliti lain. Manfaat
yang dapat diperoleh sebagai berikut :
a.
Siswa mendapatkan
pengalaman belajar yang bersumber dari sebuah media flash card.
b.
Siswa mampu mengembangkan
kemampuan menulisnya.
c.
Media flash card
dapat digunakan siswa sebagai alat bantu yang efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat
dasar.
d.
Guru mendapatkan
sumber media baru yang dapat digunakan dalam mengajarkan siswa menulis kalimat
dasar maupun kemampuan lainnya.
e.
Bagi sekolah yaitu
sebagai masukan positif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
f.
Bagi peneliti,
hasil penelitian ini dapat menjadi sumber media dalam mengajar siswa ketika
menjadi seorang guru. Dan Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam keterampilan menulis kalimat dasar
pada anak tunarungu Kelas 1 SDLB
Kendalrejo.
g.
Bagi peneliti lain,
hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pembanding terutama dalam
hal kemampuan siswa dalam menulis kalimat dasar dan media flash card dalam
pembelajaran menulis.
E.
Asumsi
Penelitian
Asumsi diartikan disini adalah anggapan dasar yang
tidak diragukan lagi kebenarannya, maksudnya pokok-pokok pikiran yang digunakan
tolak ukur untuk menuju masalah yang sebenarnya. Adapun anggapan dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
Keterampilan menulis kalimat dasar pada anak
tunarungu merupakan kemampuan anak dalam menuangkan ide melalui tulisan yang
berisi tentang kegiatan sehari-hari.
a. Media pembelajaran flash card
merupakan media pembelajaran berbentuk kartu bergambar yang digunakan untuk
membantu siswa dalam menerima materi pembelajaran. Salah satu media
pembelajaran yang dapat melatih keterampilan menulis kalimat dasar anak
tunarungu yang mengalami kesulitan dalam menentukan ide.
b.
Melalui media
pembelajaran flash card keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu dapat
dioptimalkan.
F.
Batasan
Penelitian
Agar penelitian dapat terfokus pada permasalahan
maka di tetapkan batasan-batasan, batasan-batasan tersebut adalah :
a. Subyek
penelitian adalah anak tunarungu Kelas 1 SDLB
yang berjumlah 6 orang.
b. Waktu
penelitian dilaksanakan sebanyak delapan kali dengan satu kali pre tes, enam
kali intervensi, dan satu kali pos tes. Setiap pertemuan dilaksanakan 70 menit.
c. Pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran langsung.
d. Materi
menulis kalimat dasar yang diberikan pada Kelas 1 semester 2 terbatas pada mata
pelajaran bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis kalimat dasar.
e. Hasil
penelitian ini hanya berlaku pada subyek penelitian dan tidak dapat
digeneralisasikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Menulis
Kalimat Dasar Bagi Anak Tunarungu
1.
Menulis
a.
Pengertian
Menulis
Keterampilan menulis merupakan keterampilan
untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Suriamiharja
(1996: 1) mengatakan bahwa
“menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Tulisan memuat
informasi yang dimaksud penulis untuk selanjutnya disampaikan kepada
pembaca". Dengan begitu seseorang dapat berkomunikasi tanpa berhadap hadapan secara
langsung. Rosidi (2009) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan untuk
menyatukan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat
dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
Keterampilan menulis menuntut
penulisnya untuk mahir dalam pemakaian ejaan, komposisi yang baik dalam bentuk
pengembangan paragraf secara tepat dan terampil dalam memanfaatkan struktur bahasa
dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis melainkan
harus melalui latihan dan praktik
terstruktur. Jika keterampilan menulis terus diasah, maka akan menghasilkan tulisan
yang baik. Tulisan yang baik memiliki ciri-ciri antara lain “bermakna, jelas,
merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan”
(Akhadiah, 1994: 2).
Menulis merupakan proses berpikir. Oleh karena
itu, ada anggapan bahwa kegiatan menulis mencerminkan pola pikir seseorang.
Menulis teratur mencerminkan pola pikir teratur dan pola pikir yang teratur
akan menghasilkan tulisan yang teratur pula. Menulis juga merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Hastuti (1992) menyatakan bahwa keterampilan
menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks karena melibatkan cara
berpikir dan kemampuan
mengungkapkan dalam bentuk bahasa tulis dengan memperhatikan beberapa
ketentuan, yaitu :
a.
Keteraturan gagasan
b.
Menyusun kalimat dengan jelas dan efektif
c.
Keterampilan menulis paragraf
d.
Menguasai teknik penulisan
e.
Memiliki sejumlah kata
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa menulis adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan ide secara
teratur dan sistematik
melalui bahasa tulis dengan tujuan tertentu. Selain itu, menulis adalah salah satu keterampilan
berbahasa yang produktif. Produktif yang dimaksud dalam menulis adalah
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, ide atau pendapatnya ke
dalam sebuah tulisan. Menulis juga merupakan salah satu bentuk komunikasi
karena menulis dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain tanpa
tatap muka secara langsung.
b. Kemampuan anak
tunarungu dalam menulis
Perkembangan
bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat
terbatasnya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan
baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara
setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual.
Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak tunarungu memerlukan
pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya.
Pada
umumnya para siswa memerlukan kemampuan menulis untuk menyalin, mencatat, atau
untuk menyelesaikan tugas sekolah. Karena dampak ketunarunguan menyebabkan
bermacam-macam hambatan, terutama dalam hal menulis. Dalam kegiatan menulis
seseorang akan mengeluarkan gagasan atau ide untuk mengekspresikan pikirannya. Namun ketidakmampuan dan
keterbatasan dalam mendengar bunyi pada anak tunarungu menyebabkan kurangnya
kosakata sebagai dasar untuk mengekspresikan pikirannya dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Sejalan dengan Ahmad Wasita (2012:47) menyatakan bahwa: anak-anak
tunarungu yang akibat hilangnya pendengaran akan menghambat kemampuan menulis.
Oleh karena itu, pembelajaran menulis perlu diterapkan kepada anak-anak
tunarungu. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan hal yang sulit
dilakukan oleh anak tunarungu dan bisa menimbulkan frustasi yang besar karena
kesulitan ini merupakan dampak dari hilangnya pendengaran yang secara otomastis
menghambat secara keseluruhan perkembangan berbahasa, berbicara, membaca, dan
menulis.
Oleh
karena itu anak tunarungu lebih mengandalkan indera visualnya dan berusaha
menyampaikan isi pikirannya melalui tulisan, namun kenyataannya anak tunarungu
masih mengalami kesulitan dalam penyusunan kalimat yang benar. Hal ini dapat
diperjelas dengan pendapat Myklebust (Dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila
Yuwati 2000:11) menyatakan bahwa “kehilangan pendengaran menyebabkan seseorang
akan mengamati dunianya secara berbeda dan memaksanya untuk mengalihkan fungsi
pendengaran ke indera-indera lainnya”.
Sedangkan menurut Jamila (2008:65) menyatakan bahwa “anak-anak yang
bermasalah dalam pendengaran, perkembangan penuturan dan bahasanya terganggu
dan terlambat. Kelambatan ini memengaruhi perkembangan mentalnya”.
Hambatan dalam pendengaran mengakibatkan terbatasnya
menerima informasi dari lingkungan sehingga perkembangan bahasanya kurang baik
yang akan mempengaruhi penampilan daya ingat dan perkembangan kognitif anak
tunarungu di dalam keterampilan menulis. Sejalan dengan Furth (dalam Lani
Bunawan dan Cecillia Susila Yuwati 2000:17) menyatakan bahwa” keterlambatan
anak tunarungu dalam bidang kognitif lebih disebabkan kurangnya pengalaman
dalam dunia nyata dan bahwa hal ini secara tidak langsung merupakan akibat
kemiskinan bahasanya yang membatasi mereka dalam kesempatan mengembangkan
interaksi dan dengan demikian membatasi pengalamannya pula”.
c.
Tahapan
menulis kalimat dasar
Menurut
Ahmad Wasita (2012:49) bahwa tahapan menulis meliputi :
1. Tahap
Pramenulis
Pada tahapan ini pembelajaran difokuskan pada
pemilihan kalimat dasar, mengumpulkan dan mengorganisasikan ide,
mengidentifikasi audien dan tujuan serta memilih bentuk tulisan secara tepat
yang disebut sebagai pemetaan. Pada tahapan ini juga anak akan menghubungkan
ide-ide dalam pembelajaran menulis kalimat dasar. Strategi ini akan membantu
anak dalam menemukan hal-hal yang mereka ketahui tentang kalimat dasar. Ide-ide
dipicu dengan menghubungkan antar ide.
2. Tahap
saat menulis
Pada tahapan ini pembelajaran difokuskan pada pengembangan
keterampilan menulis anak-anak dengan memperhatikan aturan retorika dan pilihan
bahasa. Memperhatikan aturan retorika berarti menyesuaikan pilihan kata sesuai
tujuan pilihan kata, tujuan dan bentuk tulisan. Memperhatikan pilihan kata
berarti anak tunarungu berhak menentukan pilihan kata, penggunaan kosa kata,
sintaksis, dan struktur kalimat. Keterampilan menulis permulaan meliputi:
a. Memegang
alat tulis
b. Menggerakkan
alat tulis
c. Menulis,
menyusun, kalimat dasar sesuai dengan pola SPO
d. Menulis,
menyusun kalimat dasar dengan tulisan bersambung
e. Menulis
kalimat dasar dengan bersambung dari jarak jauh
3. Tahap
pasca menulis
Pada tahapan ini anak diarahkan untuk melakukan
revisi sehingga penulis memperoleh tanggapan dari teman sekelas. Mereka boleh
bertanya, mengembangkan atau menjelaskan dan mencocokkan dengan kriteria
tertentu, memeriksa dan menyempurnakan tulisan. Pada tahap ini difokuskan pada
perbaikan (revisi). Ditinjau dari subjek pelibatnya, revisi meliputi revisi
dari guru dan revisi antar anak didik. Perbaikan guru dilakukan dengan
memberikan balikan (feedback), baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan,
perbaikan antar anak didik meliputi perbaikan dengan pemberian kemudahan dan
permainan.
2.
Kalimat
a.
Pengertian
Kalimat
Kalimat adalah kumpulan dari beberapa kata yang
mempunyai satu makna utuh. Bahwa secara lisan, kalimat diucapkan dengan suara
keras lembut, dan mempunyai intonasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Lamuddin
Finoza (2004:111), Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai 3struktur minimal
subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Abdu Chaer (2011:2011) juga mengungkapkan bahwa kalimat
lazim didefinisikan sebagai satuan bahasa yang disusun oleh kata-kata yang
memiliki pengertian yang lengkap. Pendapat Gorys Keraf (dalam Nurhadi,1995:320)
Memberikan batasan kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului dan
diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran
itu sudah lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan (dalam Nurhadi,
1995:320) mengemukakan bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang diatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
Jadi yang dimaksud dengan kalimat dalam penelitian
ini adalah serangkaian kosakata yang dibuat dalam bentuk tulisan yang sesuai
dengan struktur kalimat yang ditentukan sehingga maksud dan tujuan dari kalimat
dapat dipahami.
b.
Kosa
Kata
Untuk mengadakan pilihan kata yang tepat seperti
yang diharapkan dalam suatu ujaran, jelas diperlukan kosa kata yang luas, sebab
pilihan yang agak bebas hanya dapat dilakukan kalau yang akan dipilih itu
tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini tidak hanya menuntut
banyaknya kata yang diketahui meliputi
kata benda, sifat, pekerjaan atau apa saja melainkan juga perbedaan rasa
tentang makna kata yang dimiliki itu.
c.
Sintaksis
Sintaksis mempunyai beberapa pengertian diantaranya
menurut Gorys Keraf (dalam Samsunuwiyati Mar’at 2005:22) adalah bagian dari
tata bahasa
yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu
bahasa. Untuk membentuk kalimat dibutuhkan kata-kata. Setelah mengetahui
kategori kata-kata, maka kita dapat menyusun kata-kata menjadi sebuah struktur
kalimat menurut aturan-aturan tertentu. Menurut Kushartanti (2005:123)
Sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika. Sintaksis
menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frasa
hingga kalimat. Dengan kata lain, sintaksis merupakan studi gramatikal struktur
antarkata. Struktur yang dimaksud di sini, untuk sebagaian, ialah urutan kata.
Sebagaian besar makna suatu frasa, misalnya, bergantung pada urutan kata
pembentuknya.
d.
Kalimat
Dasar
Kalimat dasar mempunyai beberapa pengertian, salah
satu diantaranya menurut Hasan Alwi (2000:319) kalimat dasar adalah kalimat
yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya
menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau
pengingkaran.
Jadi dengan
kata lain, kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif
alternative yang urutan unsur-unsurnya paling lazim.
Adapun pola kalimat dasar menurut Hasan Alwi
(2000:322) dapat diungkapkan sebagai berikut:
1) S – P
Saya
mahasiswa
2) S – P – O
Tini
mendapat hadiah
3) S – P – Pel
Pancasila
merupakan dasar negara kita
4) S – P – Ket
Kami
tinggal di Jakarta
5) S – P – O – Pel
Dia
mengirimi ibunya uang
6) S – P – O – Ket
Pak Budi
memasukkan uang ke bank
Hal ini diperjelas dengan pendapat Gorys Keraf
(1991:190) menyatakan bahwa pola-pola sebuah kalimat bukan mempersoalkan
masalah inti kalimat, tetapi kelas kata mana yang membentuk kalimat inti itu.
Sudah dijelaskan bahwa berdasarkan hakikat kelas kata, kata dibagi menjadi empat
kelas kata, yaitu: kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas.
Sedangkan kata tugas fungsinya pertama-tama untuk memperluas sebuah kalimat.
Karena itu, pola dasar sebuah kalimat terdiri atas ketiga kelas kata penuh,
yaitu:
Pola Kalimat I :
Kata Kerja – Kata Kerja
Ibu memasak
Pola Kalimat II :
Kata Benda – Kata Sifat
Anak malas
Gunung
tinggi
Pola Kalimat III : Kata Benda – Kata Benda
Bapak
pengarang
Paman guru
Pola Kalimat IV : Ibu ke pasar
Ayah dari sawah
Dalam penelitian ini kalimat dasar yang dimaksud
adalah sebuah kalimat yang mempunyai unsur inti subjek, predikat dan Objek.
e.
Struktur/Pola
Kalimat Dasar
Serangkaian
kata atau susunan kata berupa kalimat secara keseluruhan mengungkapkan makna
dan maksud. Makna kalimat timbul dari makna kata-kata dan dari hubungan suatu dengan
kata dengan kata lain yang membentuknya. Makna kalimat bukanlah kata itu secara
sendiri-sendiri, melainkan makna yang timbul dari hubungan antara kata-kata
yang berada dalam susunan kalimat tersebut. Makna dari sebuah kalimat
ditentukan dan dinyatakan oleh struktur kalimat, bentuk kalimat atau situasi
(jika dalam bahasa lisan). Susunan kata-kata yang membentuk satu kalimat
disebut struktur kalimat.
Dalam Lamuddin Finoza (2004:119) mengungkapkan pola
kalimat dasar sebagai berikut:
1) S
– P – O
Ibu
memasak nasi
2) S
– P – O
Abdul makan nasi
3) S
– P – O
Tini
minum susu
4) S
– P – O
Bambang
pergi sekolah
5) S
– P – O
Ali
pulang sekolah
f.
Menulis
Kalimat
Menulis kalimat yaitu suatu kegiatan mengekspresikan
idea tau gagasan ke dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan
ejaan yang benar. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. Fachruddin Ambo Enren
(1988:75) pada bukunya, menulis kalimat yaitu suatu kalimat yang mengarah pada
perhatian subyek dan predikat, selain itu menyatakan pula bahwa menulis kalimat
yaitu suatu kegiatan yang menyatakan pikiran yang berhubungan dengan subyek.
Jadi kalimat selalu menyatakan atau memberikan keadaan atau kejadian sesuatu,
misalnya:
- Ibu
memasak nasi
- Bambang
pergi sekolah
Hal ini dapat diperjelas dengan pendapat Tarigan
bahwa “Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur” (Tarigan, 2008:4).
g.
Kemampuan
Anak Tunarungu dalam Membuat Kalimat Dasar
Anak tunarungu dalam memahami bahasa lisan melalui
ujaran, anak melihat kata-kata yang diucapkan dari bibir pembicara. Hal ini
kemudian membentuk bahasa reseptif, yaitu pemahaman terhadap lawan bicara
melalui bentu bibir berdasarkan pengetahuan visualnya, hal inipun tidak sesuai
karena tidak semua yang dilihat dapat dipahami. Akibat tidak sempurnanya bahasa
reseptif yang diterimanya, perkembangan bahasa reseptifnya juga tidak sempurna
dibandingkan anak mendengar pada umumnya. Sehingga dapat mengakibatkan
kemampuan penggunaan bahasa ekspresif dalam hal ini keterampilan menulis
kalimat dasar yang berpola SPO. Pada umumnya kalimat yang digunakan anak
tunarungu sangat sederhana dan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam
menulis, menyusun kalimat dasar sehingga maksud dari kalimat yang dibuat tidak
dapat dipahami oleh orang lain.
Hal ini diperjelas dengan pendapat Lani Bunawan dan
Cecilia Susila Yuwati bahwa “kalimat yang disusun anak tunarungu lebih pendek
dan lebih sederhana dari pada anak mendengar, serta secara umum karangan mereka
mirip karya anak mendengar yang lebih muda usianya” (Lani bunawan dan Cecilia
Yuwati 2000:54).
B. Media Pembelajaran Flash Card
1.
Pengertian
media pembelajaran flash card
Flash Card diperkenalkan oleh Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari
Philadelphia, Pennsylvania. Flash card termasuk media visual. Doman berpendapat bahwa flash card adalah media
pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang dilengkapi huruf. Gambar yang
ada pada flash card merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan
setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya. (Aulia, 2011 : 67)
Media flash card merupakan salah satu bentuk media
visual. Arsyad (2006: 119) menyatakan bahwa media flash card adalah kartu
kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang menguatkan atau menuntun
siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, besar kecilnya dapat
disesuaikan dengan ukuran kelas yang dihadapi. Media ini menstimulasi siswa
untuk memunculkan gagasannya, sehingga
gagasan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.
Dari uraian pendapat yang disampaikan oleh (Aulia,
2011 : 67 dan Arsyad
2006: 119), dapat disimpulkan bahwa flash
card merupakan media yang berbentuk kartu bergambar yang bentuk dan ukurannya
disesuaikan dengan besar kelas yang dihadapi.
Media pembelajaran ini menggunakan kartu yang berisi
gambar yang berisi tentang kalimat dasar dan pola kalimat yang sesuai dengan
materi kelas anak 1 Sekolah Dasar,. Media ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan ketertarikan siswa dalam keterampilan menulis, khususnya keterampilan
menulis kalimat dasar. Penggunaan media pembelajaran yang menarik diharapkan
dapat membuat siswa lebih aktif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
2.
Kelebihan media pembelajaran flash card
Media flash card tergolong dalam media berbasis visual
(gambar atau perumpamaan). Media berbasis visual memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran. Beberapa kelebihan flash card, antara lain:
a.
Mudah dibawa-bawa
Dengan ukuran yang
kecil-kecil flash card dapat disimpan di tas bahkan di saku, sehingga tidak
membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan dimana saja, dikelas maupun diluar
kelas.
b.
Praktis
Dilihat dari cara
pembuatan dan pengguanaanya, media flash card sangat praktis. Dalam menggunakan
media ini tidak perlu memiliki keahlian khusus, media ini juga tidak perlu
menggunakan listrik. Jika ingin menggunakan maka kita tinggal menyusun urutan
gambar sesuai dengan keinginan. Pastikan posisis gambar tepat tidak terbalik.
c.
Gampang diingat
Karakteristik media
flash card adalah menyajikan pesan-pesan
pendek pada setiap kartu yang disajikan. Misalnya mengenal huruf, mengenal
angka, mengenal nama binatang, dsb. Sajian pesan-pesan pendek ini akan
memudahkan anak untuk mengingat pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan
teks cukup memudahkan anak untuk mengenali konsep sesuatu, untuk mengetahui
nama sebuah benda dapat dibantu dengan gambarnya, begitu juga sebaliknya.
d.
Menyenangkan
Media flash card
dalam penggunaanya bisa melalui permainan, misalnya anak secara berlomba-lomba
mencari satu benda atau nama-nama tertentu dari flash card yang disimpan secara
acak, dengan cara berlari anak berlomba untuk mencari sesuai perintah. Selain
mengasah kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan ( fisik )
3.
Langkah-langkah Penggunaan Media Flash Card
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam menerapkan media
pembelajaran flash card menurut Arsyad (2009) yaitu, gambar yang merupakan
rangkaian kegiatan atau cerita disajikan secara berurutan. Tujuannya agar siswa
saling mengungkapkan kegiatan yang dilakukan apabila gambar dirangkaikan
menjadi satu. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan antara lain.
a.
Guru meminta
bantuan dari beberapa siswa untuk maju ke depan kelas dan memegang kartu
bergambar yang jumlahnya sesuai dengan urutan tata cara melakukan sebuah
kegiatan.
b.
Kartu dipegang
setinggi dada dan menghadap ke arah siswa yang duduk di bangku. Siswa yang
berada di depan kelas berdiri sesuai dengan urutan nomor yang tertera pada
setiap kartu.
c.
Guru bertanya pada
siswa mengenai gambar yang ditampilkan di depan kelas sebagai stimulus agar
siswa aktif di dalam kelas.
d.
Guru meminta siswa
yang maju untuk duduk kembali, kemudian gambar di tempel di papan depan kelas.
e.
Siswa diminta
menuliskan gagasannya berdasarkan gambar yang ditempel di depan kelas.
f.
Dari beberapa
gagasan yang ditulis, dibentuklah sebuah kerangka teks.
g.
Selanjutnya, siswa
diminta mengembangkan kerangka teks tersebut dan merangkainya menjadi sebuah
tulisan. Siswa menulis sebuah teks dengan gambar sebagai panduannya agar dapat menulis
dengan baik dan runtut.
h. Mengecek
Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Tugas
paling penting bagi guru dalam menggunakan media pembelajaran flash card adalah
memberikan siswa umpan balik yang bermakna dan pengetahuan tentang hasil
latihan yang diperoleh siswa. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak mungkin
dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahannya, dan tidak dapat mencapai
tingkat penguasaan keterampilan yang mantap. Dalam memberikan umpan
balik, berikan bantuan agar fokus perhatian siswa pada proses bukan pada hasil.
Dengan demikian, siswa akan memahami bahwa hasil yang baik akan diperoleh bila
proses yang ditempuh telah dilakukan dengan benar. Tahapan langkah ini
yang harus dijelaskan guru pada tahapan mana siswa masih salah. Selanjutnya,
guru mendemonstrasikan tahap atau langkah yang benar. Dapat disimpulkan dari pemberian umpan balik bahwa
guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau menulis pada siswa dan guru
memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan aspek penting
dalam pengajaran langsung melalui media
flash card, karena tanpa mengetahui hasilnya,
latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa.
Penggunaan flash card dalam pemberian tugas, dapat
dilakukan dengan menempelkan gambar-gambar dalam flash card pada dinding atau
papan tulis whiteboard agar siswa dapat melihat gambar dengan jelas. Setelah
itu, siswa mengerjakan tugas berdasarkan gambar yang ditampilkan di depan kelas.
Flash card juga dapat disajikan dengan cara permainan,
letakkan kartu kartu tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan tidak perlu
disusun, siapkan siswa yang akan berlomba misalnya tiga orang berdiri sejajar
kemudian guru memberikan perintah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media flash card mempunyai persyaratan antara lain:
a)
Flash card yang digunakan
sesuai dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi dan media harus terlihat oleh
semua siswa di kelas.
b)
Flash card yang
disajikan disesuaikan dengan materi pembelajaran.
c)
Flash card yang
disajikan diberi warna sehingga menarik perhatian siswa dan siswa termotivasi
untuk berbicara atau mengungkapkan ide.
4.
Pengaruh
Media pembelajaran flash card terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak
tunarungu
Berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah maka
anak tunarungu mengalami kesulitan dalam keterampilan
menulis kalimat
dasar karena minimnya kosakata yang diperoleh. Kemampuan menulis
kalimat dasar dirasa perlu dimengerti oleh anak tunarungu karena manfaat dari
keterampilan menulis kalimat dasar dapat mengekspresikan dirinya dan juga dapat
mengoptimalkan pengetahuannya.
Salah satu media
pembelajaran menulis kalimat yang dapat membantu anak tunarungu dalam
meningkatkan keterampilan menulis kalimat dasar adalah dengan media
pembelajaran flash card. Media pembelajaran
flash card adalah suatu media media pembelajaran
dalam bentuk kartu bergambar yang dilengkapi huruf. Gambar yang ada pada flash
card merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar
yang dicantumkan pada bagian belakangnya
Media pembelajaran flash card dalam penelitian ini
yaitu pembelajaran keterampilan menulis kalimat dasar yang dilaksanakan
langsung di Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
Pada anak tunarungu, yang sebagaian besar
mengandalkan indera visualnya. Melalui Media pembelajaran flash card yang akan
digunakan dalam keterampilan menulis kalimat dasar merupakan salah satu cara
untuk mengoptimalkan kemampuan anak tunarungu dalam menulis.
C. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian
yang dilakukan oleh Fitri Handayani, Ganda Sumekar, Kasiyati dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Melalui Media Gambar Bagi Anak
Tunarungu Kelas III B di SDLB N 20 Pondok II Pariaman”. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa kemampuan menulis kalimat dalam menggunakan media gambar
dapat ditingkatkan.
b. Penelitian
yang kedua adalah penelitian yang disusun oleh Ponti Lestari (2013) yang
berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Flash Card untuk Meningkatkan
Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMK Negeri 1
Klaten”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media flash card
efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang dapat dilihat dari
penghitungan hasil uji paired sample test yang menunjukkan nilai hitung sebesar 8,295,
df = 77, pada signifikansi 1% memiliki nilai 2,6412. Selanjutnya penggunaan
media flash card dalam penelitian ini juga meningkatkan aktivitas belajar pada
mata pelajaran IPS yang dapat dilihat
dari penghitungan hasil uji paired sample test yang menunjukkan nilai thitung
sebesar 9,221, df = 77, pada signifikansi 1% memiliki nilai 2,6412.
Penelitian
ini relevan karena sama-sama menggunakan media flash card dan desain penelitian
eksperimen. Perbedaannya terletak pada penggunaan variabel terikatnya.
Apabila penelitian tersebut menerapkan media flash card dalam pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Prancis, dan pembelajaran IPS, penelitian ini
menerapkannya pada pembelajaran keterampilan menulis Kalimat dasar untuk anak kelas 1 Sekolah Dasar Luar Biasa
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari
penelitian ini disusun sebagai berikut: “Bahwa ada pengaruh penggunaan media pembelajaran
flash card terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1
SDLB Kendalrejo”.
E. Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan penelitian kuantitatif.
A.
Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah pra eksperimen yaitu penelituan terhadap suatu kelompok yang diambil
dalam uji coba, tidak dibandingkan serta sampel tidak dipilih secara acak.
Jenis penelitian pra eksperimen ini dipilih oleh peneliti karena masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap bentuknya variabel independen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif berupa
angka matematis dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh media
pembelajaran flash card terhadap keterampilan
menulis kalimat dasar siswa tunarungu kelas 1 SDLB Kendalrejo.
B.
Desain
Penelitian
Dalam penelitian ini
dapat dirumuskan desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan
bentuk “one group pre test post test design”.
Menurut Arikunto (2006 : 85), di dalam desain ini test dilakukan sebanyak 2
kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan
sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test, dan tes yang dilakukan setelah
eksperimen (O2) disebut post-test.
Secara
signifikan, dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :
O1 X 02
|
Keterangan
:
O1 = pre
tes untuk mengukur kemampuan keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu
sebelum diberikan media pembelajaran flash card
X = treatment atau perlakuan pada subjek
yang diberikan pada saat proses pembelajaran keterampilan menulis kalimat dasar
menggunakan media pembelajaran flash
card.
O2 = post tes untuk mengukur keterampilan
menulis kalimat dasar sesudah diberikan media pembelajaran flash card.
C.
Sumber
data dan data penelitian
1. Lokasi
penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di
SDLB Kendalrejo.
2. Populasi
dan sampel penelitian
a.
Populasi adalah jumlah
keseluruhan obyek (satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya
hendak diduga.
b.
Populasinya adalah SDLB Kendalrejo.
3. Sampel
a.
Sampel adalah sesuatu
yang benar-benar diteliti/dikenai perlakuan.
b.
Sampelnya adalah murid
Kelas 1 di SDLB Kendalrejo.
Subyek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah anak Kelas 1 SDLB Kendalrejo, yang terdiri dari 6
anak.
Daftar nama Anak Tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
1
|
YS
|
Perempuan
|
2
|
TM
|
Perempuan
|
3
|
MB
|
Laki-laki
|
4
|
NM
|
Perempuan
|
5
|
RM
|
Laki-laki
|
6
|
BP
|
Laki-laki
|
D.
Variabel Penelitian
Menurut
Arikunto (2010: 161) “variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel penelitian ini terdiri dari
dua variabel utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya (Suharsaputra, 2012).
1.
Variabel bebas
Variable bebas (x) dalam penelitian ini
adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel-variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah media pembelajaran flash card.
2.
Variabel terikat
Variabel terikat (y) merupakan variabel
yang dipengaruhi. Variabel terikat (dependen) variabel yang ditentukan oleh
variabel lain (Ari, 2009:14). Variabel terikat ini dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa berakibat yang ditimpulkan dari variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah keterampilan menulis kalimat dasar.
E.
Definisi
Operasional
Agar tidak
terjadi kesalahapahaman dalam mengartikan pemahaman makna penelitian maka perlu
penjelasan definisi operasional sebagai berikut :
1. Menulis
adalah kegiatan menuangkan gagasan dan perasaan ke dalam bentuk tulisan.
2. Media
pembelajaran adalah alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
3. Flash
card adalah sebuah media pembelajaran berbentuk kartu bergambar
yang digunakan
untuk membantu siswa dalam menerima materi pembelajaran.
4. Keterampilan
Menulis Kalimat dasar. Dalam penelitian ini keterampilan menulis kalimat dasar
yang dimaksud adalah keterampilan menulis kalimat dasar dengan kegiatan
sehari-hari yaitu :
1. Ibu memasak nasi
2.
budi makan nasi
3. Reza minum susu
4. Budi pergi sekolah
5. Ani pulang sekolah
6. Edo naik sepeda
7. Nila baca buku
8. Bambang main kelerang
9. Adi cuci tangan
10. Joni beli kue
5. Anak
Tunarungu dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami kekurangan dan
kehilangan kemampuan mendengar sehingga menyebabkan gangguan berbahasa salah
satunya dalam aspek menulis. Jumlah anak dalam penelitian ini 6 anak yang duduk
di Kelas 1 SDLB KENDALREJO 05.
F.
Instrument
Penelitian
Instrument
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, lebih lengkap dan sistematis
sehingga data yang diperoleh mudah diolah oleh peneliti (Arikunto,2009:160).
Adapun instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Silabus
2. RPP
3. Materi
pelajaran
4. Soal
pre tes dan pos tes
G.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode
Tes
Metode tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Penelitian ini
menggunakan dua tes yaitu pre tes dan
post tes. Post tes diberikan untuk
mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu sebelum diberikan
perlakuan. Sedangkan post tes
diberikan untuk mengukur keterampilan menulis kalimat dasar setelah diberikan
perlakuan. Bentuk soal tes yang diberikan pada saat pre tes dan post tes sama
yaitu dengan menggunakan tes tulis dengan materi kalimat dasar. Soal disusun oleh
peneliti berjumlah 15 soal yang terdiri dari tiga bagian :
Bagian pertama : mengisi kalimat yang
rumpang
Bagian kedua : menyusun kata-kata menjadi kalimat yang
benar
Bagian ketiga : menulis kalimat dasar yang sesuai dengan
gambar
2. Metode
Dokumentasi
Penelitian ini
dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang kemampuan anak tunarungu
dalam keterampilan menulis kalimat dasar. Adapun dokumentasi penulis yaitu
hasil pre tes dan post tes dan foto siswa pada saat
pelaksanaan intervensi.
b.
Tahap
Pelaksanaan Penelitian
1.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan
merupakan langkah awal yang digunakan peneliti sebelum mengadakan penelitian.
Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Menentukan
Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini peneliti
menetapkan lokasi penelitian di Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
b. Menyusun
Proposal Penelitian
Proposal penelitian disusun dengan
tema, topik permasalahan, dan judul yang akan diajukan.
c. Membuat
instrument penelitian
Adapun metode yang digunakan adalah
tes maka instrument yang digunakan adalah tes tulis dan tes lisan.
d. Menyusun
Surat Izin Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1) Mengajukan
surat izin ke Fakultas untuk mendapatkan persetujuan pengadaan penelitian.
2) Penyerahan
surat izin kepada lembaga atau instansi terkait.
2.
Tahap Pelaksanaan
Penelitian
a. Pre
tes
Pre tes diberikan untuk mengetahui
keterampilan awal menulis kalimat dasar siswa sebelum diberikan intervensi.
Soal Pre test yang diberikan berupa soal tes tulis dengan materi keterampilan
menulis kalimat dasar
b. Perlakukan
Treatment
Pelaksanaan treatment membutuhkan 6
kali pertemuan. Setiap kali pertemuan dengan waktu 2x35 menit. Adapun
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam pemberian intervensi
menggunakan Model Pembelajaran Langsung dengan
media flash card adalah :
Tabel
Langkah-Langkah
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
|
Fase-fase
|
Kegiatan Guru dan
Siswa
|
Pendahuluan
(10 Menit)
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
|
a.
Guru mengajak siswanya untuk berdoa bersama.
b.
Guru mengabsen siswanya, mempersiapkan materi ajar dan mempersiapkan media.
c.
Secara langsung guru memotivasi siswa dengan menunjukkan media yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
d.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, “Anak-anak hari ini kita akan
belajar tentang menulis kalimat dasar.
|
Inti
(50 Menit)
|
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan
atau ketrampilan
|
a. Guru mengenalkan gambar dan flash card
kepada anak.
b. Guru menjelaskan aktivitas yang ada
di dalam gambar kepada anak.
c. Guru menjelaskan cara penyusunan
dan penulisan kalimat dasar kepada anak.
|
Fase 3
Membimbing pelatihan
|
a. Anak menyusun kata-kata menjadi
sebuah kalimat dasar berpola SPO berdasarkan gambar aktivitasnya.
b. Guru membimbing anak dalam menyusun
kalimat dasar.
c. Anak menuliskan kata-kata menjadi
sebuah kalimat dasar berpola SPO berdasarkan gambar aktivitasnya.
d. Guru membimbing anak dalam menulis
kalimat dasar
|
|
Fase 4
Mengecek pemahaman &
memberikan umpan balik
|
a. guru mengecek apakah siswa sudah
dapat memahami materi yang telah dipelajari dengan mengecek penyusunan
kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar dan mengecek kemampuan di dalam
keterampilan menulis kalimat dasar.
b. Guru bersama siswa melakukan tanya
jawab tentang materi yang kurang jelas
atau materi yang belum dipahami oleh siswa serta memberikan penguatan.
|
|
Fase 5
Memberikan kesempatan latihan
lanjutan & penerapan
|
a. Guru memberi reward kepada siswa berupa kata pujian
”hebat” atau ”pintar sebagai upaya atau hasil belajar.
a. Guru
memberikan pekerjaan rumah.
|
|
Penutup
(10 menit)
(5
Menit)
|
a. Guru mengakhiri pelajaran dan meminta
siswa untuk pulang.
|
Pelaksanaan
intervensi dilakukan dengan paparan materi sebagai berikut :
1. Pertemuan
1
Mengenalkan
10 gambar sesuai dengan susunan kalimat dasar berpola SPO,
yaitu :
a. Ibu
memasak nasi
b. budi
makan nasi
c. Reza
minum susu
d. Budi
pergi sekolah
e. Ani
pulang sekolah
f. Edo
naik sepeda
g. Nila
baca buku
h. Bambang
main kelerang
i.
Adi cuci tangan
j.
Joni beli kue
2. Pertemuan
2
Pemahaman kembali pengenalan 10 gambar sesuai dengan
susunan kalimat SPO
3. Pertemuan
3
Menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar
berpola SPO berdasarkan
gambar aktivitasnya
4. Pertemuan
4
Pemahaman kembali penyusunan kalimat dasar berpola
SPO
5. Pertemuan
5
Menuliskan kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar
berpola SPO berdasarkan
gambar aktivitasnya
6. Pertemuan
6
Pemahaman kembali dan revisi menulis kalimat dasar
berpola SPO
c. Pos
tes
Pos tes
diberikan dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar
deskripsi anak tunarungu setelah diberikan perlakuan media pembelajaran flash
card.
H.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis
data yang digunakan untuk menganalisis data penelitian menggunakan analisis
data non parametric dengan data kuantatif. Dengan jumlah subjek penelitian
kurang dari 10. Sehingga rumus yang digunakan adalah rumus statistik non
parametrik jenis uji tanda (sign test ZH).
Gambar Rumus hasil tes
(Samsumbar
Saleh, 1995:5)
Keterangan
:
Zh
: nilai hasil pengujian statistik sign test
X : hasil pengamatan langsung, yakni
jumlah tanda (+) – p(0.5)
µ : mean (nilai rata-rata) = n.p
p : probabilitas untuk memperoleh tanda
(+) atau (-) = 0,5
n : jumlah subjek
σ : standar deviasi : n.p.q
q : 1-p = 0,5
(
saleh, 1995:5)
Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
1. Membuat
tabel probabilitas tanda.
2. Menentukan
mean (µ)
3. Menentukan
standar deviasi (σ)
4. Pengujian
1 sisi ( α =5%, Z table = 1,64 ) dengan uji tanda
I. Interpretasi Hasil Analisis Data
Adapun
interpretasi data dari penelitian ini adalah :
1. Jika Zh ≤ Ztabel, Ho diterima, yang artinya “tidak
ada pengaruh media pembelajaran flash card terhadap keterampilan menulis
kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1 di SDLB
Kendalrejo”.
2. Jika
Zh ≥ Ztabel, berarti Ho ditolak, dan Ha diterima yang artinya “ada pengaruh
media pembelajaran flash terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak
tunarungu Kelas 1 di SDLB Kendalrejo
”.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dan Soenjono, Dardjowidjojo. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ambo Enre, Fachruddin. 1988. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar:
teori, fiagnosis, dan remendasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Bunawan, Lani dan Susila Yuwati, Cecilia. 2000. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi
Rama.
Chaer, Abdul. 2012. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Handayani, Sumekar dan Kasiyati. 2013. Meningkatkan
Kemampuan Menulis Kalimat Melalui
Media Gambar Bagi Anak Tunarungu Kelas III B di SDLB N 20 Pondok II Pariaman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus,
(Online), Vol.2, No. 2, 2013, (diakses 29 Januari 2014).
Kardi, Soeparman dan Nur, Mohamad. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA – University Press.
Kushartanti. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia
Muhammad, Jamila. 2008. Special Education For Special Children. Bandung: Hikmah.
Nurhadi. 1995. Tata
Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sugiyono.
(2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan
R&D ). Bandung: Alfabeta.
Tarigan. H G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar