Selasa, 20 Desember 2016

Metodologi Penelitian (Contoh proposal skripsi)



PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN FLASH CARD TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT DASAR ANAK TUNARUNGU KELAS 1 SDLB KENDALREJO


PROPOSAL SKRIPSI

Dosen Pengampu
Dr. Yuliyati, M.Pd




Oleh
Tri Cahyono
14010044067




UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2016



 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu. Dikatakan penting karena dengan mendapatkan pendidikan, peserta didik dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan mereka sehingga dapat menjadi bekal yang bermanfaat dalam menghadapi perkembangan zaman. Pendidikan juga tidak hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kondisi yang normal saja tetapi juga mereka yang mengalami hambatan atau berkebutuhan khusus. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Pasal 28C ayat 1 tentang Hak Asasi Manusia berbunyi: “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Manusia bagaimanapun keadaannya adalah makhluk individu dan makluk sosial, demikian pula halnya dengan anak berkebutuhan khusus.
Salah satu peserta didik yang mengalami hambatan atau berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu. Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus (Depdikbud, 1999/2000 : 3). Selanjutnya, hambatan ini dapat menimbulkan beberapa masalah seperti: 1) masalah perkembangan bahasa dan komunikasi, 2) perkembangan sosial dan emosi, 3) perkembangan kognitif (Muhammad, alih bahasa Sembodo, 2008 : 68). Oleh karena itu anak tunarungu membutuhkan layanan khusus untuk menangani permasalahan yang dialaminya.
Anak tunarungu mengalami hambatan dalam kemampuan menulis yang disebabkan karena kehilangan indera pendengarannya sehingga akan menghambat keterampilan berbahasanya. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan perkembangannya, anak tunarungu perlu diberikan pelatihan berupa 4 komponen keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini diperjelas dengan pendapat Tarigan bahwa “semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai  dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir” (Tarigan, 2008:1).   
Keterampilan menulis pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh anak tunarungu untuk mengutarakan atau mengekspresikan perasaan yang efektif dan emosi dalam tulisan serta menurunkan gagasan-gagasannya apa yang ada didalam pikiran anak tunarungu. Dengan demikian, anak tunarungu akan dapat memanfaatkan dan menggunakan struktur kalimat dasar dan mampu menuliskan kalimat dasar. Hal ini diperjelas dengan pendapat Tarigan bahwa “Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur” (Tarigan, 2008:4).
Menurut Tarigan (2008:22) “Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman”. Begitu pula dengan anak tunarungu, dengan memberikan keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu akan mudah memperdalam daya tanggap atau persepsinya sehingga bisa menikmati atau merasakan antara hal yang bersifat abstrak maupun konkret yang saling berhubungan dan berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh anak tunarungu. Sedangkan keterampilan menulis muncul dari keyakinan, perhatian dan dorongan anak tunarungu untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan yang didukung oleh terciptanya situasi-situasi didalam kelas. Untuk mengembangkan keterampilan menulis anak tunarungu dibutuhkan suatu model pembelajaran langsung, maka dengan adanya model pembelajaran langsung hambatan di dalam keterampilan menulis anak tunarungu akan dapat teratasi. Untuk mengatasi hambatan tersebut diperlukan tekanan pada semua aspek menulis mulai dari tahapan pra menulis, pengajaran langsung saat menulis dan pengajaran pasca menulis. Menerapkan konsep kepada anak tunarungu yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari untuk menunjang proses keterampilan menulis anak tunarungu sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, pengetahuan tentang sesuatu sangat dibutuhkan oleh anak tunarungu di dalam keterampilan menulis kalimat dasar yang disajikan secara tahap demi tahap. Untuk mengembangkan pengetahuannya maka perlu dilakukan pemilihan bahasa dan retorika untuk menunjang
kemampuan kognitif anak tunarungu.
Pada kenyataannya, anak tunarungu Kelas 1 SDLB  sudah mampu menulis, menyusun kalimat dasar sebanding dengan anak Kelas 1 pada umumnya yang sudah mampu menulis, menyusun kalimat dasar. Dalam penelitian ini, penulis melaksanakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media flash card serta mendemonstrasikan atau mempratekkan secara langsung untuk memperjelas pemahaman materi tentang menulis, menyusun kalimat dasar. Media flash card dipilih karena karekteristik anak tunarungu yang cenderung memanfaatkan indera penglihatan untuk memperoleh informasi. 
Untuk itulah dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Flash Card Terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Dasar Anak Tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Rumusan masalah umum:
Apakah media pembelajaran flash card berpengaruh terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo?

2.      Rumusan masalah khusus:
Bagaimana pengaruh menulis kalimat dasar pada anak tunarungu kelas 1 sebelum menggunakan media pembelajaran flash card di SDLB Kendalrejo?
Bagaimana pengaruh menulis kalimat dasar pada anak tunarungu kelas 1 sesudah menggunakan media pembelajaran flash card di SDLB Kendalrejo?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran flash card terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
2.    Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Untuk mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar sebelum diberikan media pembelajaran flash card pada anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
b.    Untuk mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar sesudah diberikan media pembelajaran flash card pada anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu.
1.      Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu kebahasaan, terutama pada aspek pembelajaran menulis untuk anak tunarungu.
2.      Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, penulis, dan peneliti lain. Manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut :
a.       Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bersumber dari sebuah media flash card.
b.      Siswa mampu mengembangkan kemampuan menulisnya.
c.       Media flash card dapat digunakan siswa sebagai alat bantu yang efektif  dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat dasar.
d.      Guru mendapatkan sumber media baru yang dapat digunakan dalam mengajarkan siswa menulis kalimat dasar maupun kemampuan lainnya.
e.       Bagi sekolah yaitu sebagai masukan positif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
f.       Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber media dalam mengajar siswa ketika menjadi seorang guru. Dan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam keterampilan menulis kalimat dasar pada anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
g.      Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pembanding terutama dalam hal kemampuan siswa dalam menulis kalimat dasar dan media flash card dalam pembelajaran menulis.

E.     Asumsi Penelitian
Asumsi diartikan disini adalah anggapan dasar yang tidak diragukan lagi kebenarannya, maksudnya pokok-pokok pikiran yang digunakan tolak ukur untuk menuju masalah yang sebenarnya. Adapun anggapan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Keterampilan menulis kalimat dasar pada anak tunarungu merupakan kemampuan anak dalam menuangkan ide melalui tulisan yang berisi tentang kegiatan sehari-hari.
a.       Media pembelajaran flash card merupakan media pembelajaran berbentuk kartu bergambar yang digunakan untuk membantu siswa dalam menerima materi  pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat melatih keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu yang mengalami kesulitan dalam menentukan ide.
b.      Melalui media pembelajaran flash card keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu dapat dioptimalkan.

F.   Batasan Penelitian
Agar penelitian dapat terfokus pada permasalahan maka di tetapkan batasan-batasan, batasan-batasan tersebut adalah :
a.    Subyek penelitian adalah anak tunarungu Kelas 1 SDLB  yang berjumlah 6 orang.
b.    Waktu penelitian dilaksanakan sebanyak delapan kali dengan satu kali pre tes, enam kali intervensi, dan satu kali pos tes. Setiap pertemuan dilaksanakan 70 menit.
c.    Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran langsung.
d.   Materi menulis kalimat dasar yang diberikan pada Kelas 1 semester 2 terbatas pada mata pelajaran bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis kalimat dasar.
e.    Hasil penelitian ini hanya berlaku pada subyek penelitian dan tidak dapat digeneralisasikan.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Keterampilan Menulis Kalimat Dasar Bagi Anak Tunarungu
1.    Menulis
a.    Pengertian Menulis
Keterampilan menulis merupakan keterampilan untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Suriamiharja (1996: 1) mengatakan bahwa “menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Tulisan memuat informasi yang dimaksud penulis untuk selanjutnya disampaikan kepada pembaca". Dengan begitu seseorang dapat berkomunikasi tanpa berhadap hadapan secara langsung. Rosidi (2009) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan untuk menyatukan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
Keterampilan menulis menuntut penulisnya untuk mahir dalam pemakaian ejaan, komposisi yang baik dalam bentuk pengembangan paragraf secara tepat dan terampil dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik terstruktur. Jika keterampilan menulis terus diasah, maka akan menghasilkan tulisan yang baik. Tulisan yang baik memiliki ciri-ciri antara lain “bermakna, jelas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan” (Akhadiah, 1994: 2).
Menulis merupakan proses berpikir. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa kegiatan menulis mencerminkan pola pikir seseorang. Menulis teratur mencerminkan pola pikir teratur dan pola pikir yang teratur akan menghasilkan tulisan yang teratur pula. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Hastuti (1992) menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks karena melibatkan cara berpikir dan kemampuan mengungkapkan dalam bentuk bahasa tulis dengan memperhatikan beberapa ketentuan, yaitu :
a. Keteraturan gagasan
b. Menyusun kalimat dengan jelas dan efektif
c. Keterampilan menulis paragraf
d. Menguasai teknik penulisan
e. Memiliki sejumlah kata
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan ide secara teratur dan sistematik melalui bahasa tulis dengan tujuan tertentu. Selain itu, menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif. Produktif yang dimaksud dalam menulis adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, ide atau pendapatnya ke dalam sebuah tulisan. Menulis juga merupakan salah satu bentuk komunikasi karena menulis dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain tanpa tatap muka secara langsung.
b.   Kemampuan anak tunarungu dalam menulis
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya.
Pada umumnya para siswa memerlukan kemampuan menulis untuk menyalin, mencatat, atau untuk menyelesaikan tugas sekolah. Karena dampak ketunarunguan menyebabkan bermacam-macam hambatan, terutama dalam hal menulis. Dalam kegiatan menulis seseorang akan mengeluarkan gagasan atau ide untuk mengekspresikan  pikirannya. Namun ketidakmampuan dan keterbatasan dalam mendengar bunyi pada anak tunarungu menyebabkan kurangnya kosakata sebagai dasar untuk mengekspresikan pikirannya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sejalan dengan Ahmad Wasita (2012:47) menyatakan bahwa: anak-anak tunarungu yang akibat hilangnya pendengaran akan menghambat kemampuan menulis. Oleh karena itu, pembelajaran menulis perlu diterapkan kepada anak-anak tunarungu. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan hal yang sulit dilakukan oleh anak tunarungu dan bisa menimbulkan frustasi yang besar karena kesulitan ini merupakan dampak dari hilangnya pendengaran yang secara otomastis menghambat secara keseluruhan perkembangan berbahasa, berbicara, membaca, dan menulis.
Oleh karena itu anak tunarungu lebih mengandalkan indera visualnya dan berusaha menyampaikan isi pikirannya melalui tulisan, namun kenyataannya anak tunarungu masih mengalami kesulitan dalam penyusunan kalimat yang benar. Hal ini dapat diperjelas dengan pendapat Myklebust (Dalam Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati 2000:11) menyatakan bahwa “kehilangan pendengaran menyebabkan seseorang akan mengamati dunianya secara berbeda dan memaksanya untuk mengalihkan fungsi pendengaran ke indera-indera lainnya”.   Sedangkan menurut Jamila (2008:65) menyatakan bahwa “anak-anak yang bermasalah dalam pendengaran, perkembangan penuturan dan bahasanya terganggu dan terlambat. Kelambatan ini memengaruhi perkembangan mentalnya”.
Hambatan dalam pendengaran mengakibatkan terbatasnya menerima informasi dari lingkungan sehingga perkembangan bahasanya kurang baik yang akan mempengaruhi penampilan daya ingat dan perkembangan kognitif anak tunarungu di dalam keterampilan menulis. Sejalan dengan Furth (dalam Lani Bunawan dan Cecillia Susila Yuwati 2000:17) menyatakan bahwa” keterlambatan anak tunarungu dalam bidang kognitif lebih disebabkan kurangnya pengalaman dalam dunia nyata dan bahwa hal ini secara tidak langsung merupakan akibat kemiskinan bahasanya yang membatasi mereka dalam kesempatan mengembangkan interaksi dan dengan demikian membatasi pengalamannya pula”.
c.    Tahapan menulis kalimat dasar
Menurut Ahmad Wasita (2012:49) bahwa tahapan menulis meliputi :
1.    Tahap Pramenulis
Pada tahapan ini pembelajaran difokuskan pada pemilihan kalimat dasar, mengumpulkan dan mengorganisasikan ide, mengidentifikasi audien dan tujuan serta memilih bentuk tulisan secara tepat yang disebut sebagai pemetaan. Pada tahapan ini juga anak akan menghubungkan ide-ide dalam pembelajaran menulis kalimat dasar. Strategi ini akan membantu anak dalam menemukan hal-hal yang mereka ketahui tentang kalimat dasar. Ide-ide dipicu dengan menghubungkan antar ide.
2.    Tahap saat menulis
Pada tahapan ini pembelajaran difokuskan pada pengembangan keterampilan menulis anak-anak dengan memperhatikan aturan retorika dan pilihan bahasa. Memperhatikan aturan retorika berarti menyesuaikan pilihan kata sesuai tujuan pilihan kata, tujuan dan bentuk tulisan. Memperhatikan pilihan kata berarti anak tunarungu berhak menentukan pilihan kata, penggunaan kosa kata, sintaksis, dan struktur kalimat. Keterampilan menulis permulaan meliputi:
a.    Memegang alat tulis
b.    Menggerakkan alat tulis
c.    Menulis, menyusun, kalimat dasar sesuai dengan pola SPO
d.   Menulis, menyusun kalimat dasar dengan tulisan bersambung
e.    Menulis kalimat dasar dengan bersambung dari jarak jauh

3.    Tahap pasca menulis
Pada tahapan ini anak diarahkan untuk melakukan revisi sehingga penulis memperoleh tanggapan dari teman sekelas. Mereka boleh bertanya, mengembangkan atau menjelaskan dan mencocokkan dengan kriteria tertentu, memeriksa dan menyempurnakan tulisan. Pada tahap ini difokuskan pada perbaikan (revisi). Ditinjau dari subjek pelibatnya, revisi meliputi revisi dari guru dan revisi antar anak didik. Perbaikan guru dilakukan dengan memberikan balikan (feedback), baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan, perbaikan antar anak didik meliputi perbaikan dengan pemberian kemudahan dan permainan.
2.    Kalimat
a.    Pengertian Kalimat
Kalimat adalah kumpulan dari beberapa kata yang mempunyai satu makna utuh. Bahwa secara lisan, kalimat diucapkan dengan suara keras lembut, dan mempunyai intonasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Lamuddin Finoza (2004:111), Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai 3struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Abdu Chaer (2011:2011) juga mengungkapkan bahwa kalimat lazim didefinisikan sebagai satuan bahasa yang disusun oleh kata-kata yang memiliki pengertian yang lengkap. Pendapat Gorys Keraf (dalam Nurhadi,1995:320) Memberikan batasan kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan (dalam Nurhadi, 1995:320) mengemukakan bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang diatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
Jadi yang dimaksud dengan kalimat dalam penelitian ini adalah serangkaian kosakata yang dibuat dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan struktur kalimat yang ditentukan sehingga maksud dan tujuan dari kalimat dapat dipahami.
b.   Kosa Kata
Untuk mengadakan pilihan kata yang tepat seperti yang diharapkan dalam suatu ujaran, jelas diperlukan kosa kata yang luas, sebab pilihan yang agak bebas hanya dapat dilakukan kalau yang akan dipilih itu tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini tidak hanya menuntut banyaknya  kata yang diketahui meliputi kata benda, sifat, pekerjaan atau apa saja melainkan juga perbedaan rasa tentang makna kata yang dimiliki itu.
c.    Sintaksis
Sintaksis mempunyai beberapa pengertian diantaranya menurut Gorys Keraf (dalam Samsunuwiyati Mar’at 2005:22) adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa. Untuk membentuk kalimat dibutuhkan kata-kata. Setelah mengetahui kategori kata-kata, maka kita dapat menyusun kata-kata menjadi sebuah struktur kalimat menurut aturan-aturan tertentu. Menurut Kushartanti (2005:123) Sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika. Sintaksis menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frasa hingga kalimat. Dengan kata lain, sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antarkata. Struktur yang dimaksud di sini, untuk sebagaian, ialah urutan kata. Sebagaian besar makna suatu frasa, misalnya, bergantung pada urutan kata pembentuknya.
d.   Kalimat Dasar
Kalimat dasar mempunyai beberapa pengertian, salah satu diantaranya menurut Hasan Alwi (2000:319) kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
Jadi dengan kata lain, kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif alternative yang urutan unsur-unsurnya paling lazim.
Adapun pola kalimat dasar menurut Hasan Alwi (2000:322) dapat diungkapkan sebagai berikut:
1) S – P
    Saya mahasiswa
2) S – P – O
    Tini mendapat hadiah
3) S – P – Pel
    Pancasila merupakan dasar negara kita
4) S – P – Ket
    Kami tinggal di Jakarta
5) S – P – O – Pel
    Dia mengirimi ibunya uang
6) S – P – O – Ket
    Pak Budi memasukkan uang ke bank
Hal ini diperjelas dengan pendapat Gorys Keraf (1991:190) menyatakan bahwa pola-pola sebuah kalimat bukan mempersoalkan masalah inti kalimat, tetapi kelas kata mana yang membentuk kalimat inti itu. Sudah dijelaskan bahwa berdasarkan hakikat kelas kata, kata dibagi menjadi empat kelas kata, yaitu: kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Sedangkan kata tugas fungsinya pertama-tama untuk memperluas sebuah kalimat. Karena itu, pola dasar sebuah kalimat terdiri atas ketiga kelas kata penuh, yaitu:
Pola Kalimat I :   Kata Kerja – Kata Kerja
                                   Ibu memasak
Pola Kalimat II :  Kata Benda – Kata Sifat
                                   Anak malas
                                   Gunung tinggi
Pola Kalimat III : Kata Benda – Kata Benda
                                   Bapak pengarang
                                   Paman guru
Pola Kalimat IV : Ibu ke pasar
                              Ayah dari sawah                 
Dalam penelitian ini kalimat dasar yang dimaksud adalah sebuah kalimat yang mempunyai unsur inti subjek, predikat dan Objek.
e.    Struktur/Pola Kalimat Dasar
Serangkaian kata atau susunan kata berupa kalimat secara keseluruhan mengungkapkan makna dan maksud. Makna kalimat timbul dari makna kata-kata dan dari hubungan suatu dengan kata dengan kata lain yang membentuknya. Makna kalimat bukanlah kata itu secara sendiri-sendiri, melainkan makna yang timbul dari hubungan antara kata-kata yang berada dalam susunan kalimat tersebut. Makna dari sebuah kalimat ditentukan dan dinyatakan oleh struktur kalimat, bentuk kalimat atau situasi (jika dalam bahasa lisan). Susunan kata-kata yang membentuk satu kalimat disebut struktur kalimat.
Dalam Lamuddin Finoza (2004:119) mengungkapkan pola kalimat dasar sebagai berikut:
1)   S – P – O
Ibu memasak nasi
2)   S – P – O
Abdul makan nasi
3)   S – P – O
Tini minum susu
4)   S – P – O
Bambang pergi sekolah
5)   S – P – O
Ali pulang sekolah
f.     Menulis Kalimat
Menulis kalimat yaitu suatu kegiatan mengekspresikan idea tau gagasan ke dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan ejaan yang benar. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. Fachruddin Ambo Enren (1988:75) pada bukunya, menulis kalimat yaitu suatu kalimat yang mengarah pada perhatian subyek dan predikat, selain itu menyatakan pula bahwa menulis kalimat yaitu suatu kegiatan yang menyatakan pikiran yang berhubungan dengan subyek. Jadi kalimat selalu menyatakan atau memberikan keadaan atau kejadian sesuatu, misalnya:
-       Ibu memasak nasi
-       Bambang pergi sekolah
Hal ini dapat diperjelas dengan pendapat Tarigan bahwa “Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur” (Tarigan, 2008:4).
g.    Kemampuan Anak Tunarungu dalam Membuat Kalimat Dasar
Anak tunarungu dalam memahami bahasa lisan melalui ujaran, anak melihat kata-kata yang diucapkan dari bibir pembicara. Hal ini kemudian membentuk bahasa reseptif, yaitu pemahaman terhadap lawan bicara melalui bentu bibir berdasarkan pengetahuan visualnya, hal inipun tidak sesuai karena tidak semua yang dilihat dapat dipahami. Akibat tidak sempurnanya bahasa reseptif yang diterimanya, perkembangan bahasa reseptifnya juga tidak sempurna dibandingkan anak mendengar pada umumnya. Sehingga dapat mengakibatkan kemampuan penggunaan bahasa ekspresif dalam hal ini keterampilan menulis kalimat dasar yang berpola SPO. Pada umumnya kalimat yang digunakan anak tunarungu sangat sederhana dan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam menulis, menyusun kalimat dasar sehingga maksud dari kalimat yang dibuat tidak dapat dipahami oleh orang lain.
Hal ini diperjelas dengan pendapat Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati bahwa “kalimat yang disusun anak tunarungu lebih pendek dan lebih sederhana dari pada anak mendengar, serta secara umum karangan mereka mirip karya anak mendengar yang lebih muda usianya” (Lani bunawan dan Cecilia Yuwati 2000:54). 
B.  Media Pembelajaran Flash Card
1.    Pengertian media pembelajaran flash card
Flash Card diperkenalkan oleh  Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Flash card termasuk media visual. Doman  berpendapat bahwa flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang dilengkapi huruf. Gambar yang ada pada flash card merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya. (Aulia, 2011 : 67)
Media flash card merupakan salah satu bentuk media visual. Arsyad (2006: 119) menyatakan bahwa media flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang menguatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, besar kecilnya dapat disesuaikan dengan ukuran kelas yang dihadapi. Media ini menstimulasi siswa untuk memunculkan gagasannya, sehingga gagasan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.
Dari uraian pendapat yang disampaikan oleh (Aulia, 2011 : 67 dan Arsyad 2006: 119), dapat disimpulkan bahwa flash card merupakan media yang berbentuk kartu bergambar yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan besar kelas yang dihadapi.
Media pembelajaran ini menggunakan kartu yang berisi gambar yang berisi tentang kalimat dasar dan pola kalimat yang sesuai dengan materi kelas anak 1 Sekolah Dasar,. Media ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan ketertarikan siswa dalam keterampilan menulis, khususnya keterampilan menulis kalimat dasar. Penggunaan media pembelajaran yang menarik diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 
2.    Kelebihan media pembelajaran flash card
Media flash card tergolong dalam media berbasis visual (gambar atau perumpamaan). Media berbasis visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Beberapa kelebihan flash card, antara lain:
a.       Mudah dibawa-bawa
Dengan ukuran yang kecil-kecil flash card dapat disimpan di tas bahkan di saku, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan dimana saja, dikelas maupun diluar kelas.
b.      Praktis
Dilihat dari cara pembuatan dan pengguanaanya, media flash card sangat praktis. Dalam menggunakan media ini tidak perlu memiliki keahlian khusus, media ini juga tidak perlu menggunakan listrik. Jika ingin menggunakan maka kita tinggal menyusun urutan gambar sesuai dengan keinginan. Pastikan posisis gambar tepat tidak terbalik.
c.       Gampang diingat
Karakteristik media flash card adalah menyajikan  pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan. Misalnya mengenal huruf, mengenal angka, mengenal nama binatang, dsb. Sajian pesan-pesan pendek ini akan memudahkan anak untuk mengingat pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan teks cukup memudahkan anak untuk mengenali konsep sesuatu, untuk mengetahui nama sebuah benda dapat dibantu dengan gambarnya, begitu juga sebaliknya.
d.      Menyenangkan
Media flash card dalam penggunaanya bisa melalui permainan, misalnya anak secara berlomba-lomba mencari satu benda atau nama-nama tertentu dari flash card yang disimpan secara acak, dengan cara berlari anak berlomba untuk mencari sesuai perintah. Selain mengasah kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan ( fisik )
3.    Langkah-langkah Penggunaan Media Flash Card
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam menerapkan media pembelajaran flash card menurut Arsyad (2009) yaitu, gambar yang merupakan rangkaian kegiatan atau cerita disajikan secara berurutan. Tujuannya agar siswa saling mengungkapkan kegiatan yang dilakukan apabila gambar dirangkaikan menjadi satu.  Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain.
a.       Guru meminta bantuan dari beberapa siswa untuk maju ke depan kelas dan memegang kartu bergambar yang jumlahnya sesuai dengan urutan tata cara melakukan sebuah kegiatan.
b.      Kartu dipegang setinggi dada dan menghadap ke arah siswa yang duduk di bangku. Siswa yang berada di depan kelas berdiri sesuai dengan urutan nomor yang tertera pada setiap kartu. 
c.       Guru bertanya pada siswa mengenai gambar yang ditampilkan di depan kelas sebagai stimulus agar siswa aktif di dalam kelas.
d.      Guru meminta siswa yang maju untuk duduk kembali, kemudian gambar di tempel di papan depan kelas.
e.       Siswa diminta menuliskan gagasannya berdasarkan gambar yang ditempel di depan kelas.
f.       Dari beberapa gagasan yang ditulis, dibentuklah sebuah kerangka teks.
g.      Selanjutnya, siswa diminta mengembangkan kerangka teks tersebut dan merangkainya menjadi sebuah tulisan. Siswa menulis sebuah teks dengan gambar sebagai panduannya agar dapat menulis dengan baik dan runtut.
h.    Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Tugas paling penting bagi guru dalam menggunakan media pembelajaran flash card adalah memberikan siswa umpan balik yang bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihan yang diperoleh siswa. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahannya, dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap. Dalam memberikan umpan balik, berikan bantuan agar fokus perhatian siswa pada proses bukan pada hasil. Dengan demikian, siswa akan memahami bahwa hasil yang baik akan diperoleh bila proses yang ditempuh telah dilakukan dengan benar. Tahapan langkah ini yang harus dijelaskan guru pada tahapan mana siswa masih salah. Selanjutnya, guru mendemonstrasikan tahap atau langkah yang benar. Dapat disimpulkan dari pemberian umpan balik bahwa guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau menulis pada siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung melalui media flash card, karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa.
Penggunaan flash card dalam pemberian tugas, dapat dilakukan dengan menempelkan gambar-gambar dalam flash card pada dinding atau papan tulis whiteboard agar siswa dapat melihat gambar dengan jelas. Setelah itu, siswa mengerjakan tugas berdasarkan gambar yang ditampilkan di depan kelas.
Flash card juga dapat disajikan dengan cara permainan, letakkan kartu kartu tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan tidak perlu disusun, siapkan siswa yang akan berlomba misalnya tiga orang berdiri sejajar kemudian guru memberikan perintah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media flash card mempunyai persyaratan antara lain:
a)      Flash card yang digunakan sesuai dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi dan media harus terlihat oleh semua siswa di kelas.
b)      Flash card yang disajikan disesuaikan dengan materi pembelajaran.
c)      Flash card yang disajikan diberi warna sehingga menarik perhatian siswa dan siswa termotivasi untuk berbicara atau mengungkapkan ide.
4.    Pengaruh Media pembelajaran flash card terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu
Berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah maka anak tunarungu mengalami kesulitan dalam keterampilan menulis kalimat dasar karena minimnya kosakata yang diperoleh. Kemampuan menulis kalimat dasar dirasa perlu dimengerti oleh anak tunarungu karena manfaat dari keterampilan menulis kalimat dasar dapat mengekspresikan dirinya dan juga dapat mengoptimalkan pengetahuannya.
Salah satu media pembelajaran menulis kalimat  yang dapat membantu anak tunarungu dalam meningkatkan keterampilan menulis kalimat dasar adalah dengan media pembelajaran flash card. Media pembelajaran flash card adalah suatu media media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang dilengkapi huruf. Gambar yang ada pada flash card merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya
Media pembelajaran flash card dalam penelitian ini yaitu pembelajaran keterampilan menulis kalimat dasar yang dilaksanakan langsung di Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
Pada anak tunarungu, yang sebagaian besar mengandalkan indera visualnya. Melalui Media pembelajaran flash card yang akan digunakan dalam keterampilan menulis kalimat dasar merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan kemampuan anak tunarungu dalam menulis.
C.  Penelitian yang Relevan
a.    Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Handayani, Ganda Sumekar, Kasiyati dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Melalui Media Gambar Bagi Anak Tunarungu Kelas III B di SDLB N 20 Pondok II Pariaman”. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kemampuan menulis kalimat dalam menggunakan media gambar dapat ditingkatkan.
b.    Penelitian yang kedua adalah penelitian yang disusun oleh Ponti Lestari (2013) yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Flash Card untuk Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMK Negeri 1 Klaten”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media flash card efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang dapat dilihat dari penghitungan hasil uji paired sample test yang menunjukkan nilai hitung sebesar 8,295, df = 77, pada signifikansi 1% memiliki nilai 2,6412. Selanjutnya penggunaan media flash card dalam penelitian ini juga meningkatkan aktivitas belajar pada mata pelajaran IPS yang dapat dilihat dari penghitungan hasil uji paired sample test yang menunjukkan nilai thitung sebesar 9,221, df = 77, pada signifikansi 1% memiliki nilai 2,6412.  
Penelitian ini relevan karena sama-sama menggunakan media flash card dan desain penelitian eksperimen. Perbedaannya terletak pada penggunaan variabel terikatnya. Apabila penelitian tersebut menerapkan media flash card dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis, dan pembelajaran IPS, penelitian ini menerapkannya pada pembelajaran keterampilan menulis Kalimat dasar untuk anak kelas 1 Sekolah Dasar Luar Biasa
D.  Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini disusun sebagai berikut: “Bahwa ada pengaruh penggunaan media pembelajaran flash card terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo”.



E.  Kerangka Berpikir





BAB  III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam  penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif.
A.  Pendekatan dan Jenis Penelitian
   Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen yaitu penelituan terhadap suatu kelompok yang diambil dalam uji coba, tidak dibandingkan serta sampel tidak dipilih secara acak. Jenis penelitian pra eksperimen ini dipilih oleh peneliti karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap bentuknya variabel independen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif berupa angka matematis dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh media pembelajaran flash card terhadap keterampilan menulis kalimat dasar siswa tunarungu kelas 1 SDLB Kendalrejo.

B.  Desain Penelitian
            Dalam penelitian ini dapat dirumuskan desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan bentuk “one group pre test post test design”. Menurut Arikunto (2006 : 85), di dalam desain ini test dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test, dan tes yang dilakukan setelah eksperimen (O2) disebut post-test.
Secara signifikan, dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :



 O1 X 02





Keterangan :
O1       =  pre tes untuk mengukur kemampuan keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu sebelum diberikan media pembelajaran flash card
X         = treatment atau perlakuan pada subjek yang diberikan pada saat proses pembelajaran keterampilan menulis kalimat dasar menggunakan media pembelajaran flash card.
O2       = post tes untuk mengukur keterampilan menulis kalimat dasar sesudah diberikan media pembelajaran flash card.

C.  Sumber data dan data penelitian
1.    Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDLB Kendalrejo.
2.    Populasi dan sampel penelitian
a.    Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek (satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga.
b.    Populasinya adalah SDLB Kendalrejo.
3.    Sampel
a.    Sampel adalah sesuatu yang benar-benar diteliti/dikenai perlakuan.
b.    Sampelnya adalah murid Kelas 1 di SDLB Kendalrejo.
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak Kelas 1 SDLB Kendalrejo, yang terdiri dari 6 anak.
                        
Daftar nama Anak Tunarungu Kelas 1 SDLB Kendalrejo
No
Nama
Jenis Kelamin
1
YS
Perempuan
2
TM
Perempuan
3
MB
Laki-laki
4
NM
Perempuan
5
RM
Laki-laki
6
BP
Laki-laki

D.  Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 161) “variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya (Suharsaputra, 2012).
1.      Variabel bebas
Variable bebas (x) dalam penelitian ini adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel-variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran flash card.
2.      Variabel terikat
Variabel terikat (y) merupakan variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat (dependen) variabel yang ditentukan oleh variabel lain (Ari, 2009:14). Variabel terikat ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa berakibat yang ditimpulkan dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis kalimat dasar. 
E.  Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahapahaman dalam mengartikan pemahaman makna penelitian maka perlu penjelasan definisi operasional sebagai berikut :
1.      Menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan dan perasaan ke dalam bentuk tulisan.
2.      Media pembelajaran adalah alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
3.      Flash card adalah sebuah media pembelajaran berbentuk kartu bergambar
yang digunakan untuk membantu siswa dalam menerima materi pembelajaran.
4.      Keterampilan Menulis Kalimat dasar. Dalam penelitian ini keterampilan menulis kalimat dasar yang dimaksud adalah keterampilan menulis kalimat dasar dengan kegiatan sehari-hari yaitu :
1. Ibu memasak nasi
      2. budi makan nasi
      3. Reza minum susu
      4. Budi pergi sekolah
      5. Ani pulang sekolah
      6. Edo naik sepeda
      7. Nila baca buku
      8. Bambang main kelerang
      9. Adi cuci tangan
     10. Joni beli kue
5.      Anak Tunarungu dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami kekurangan dan kehilangan kemampuan mendengar sehingga menyebabkan gangguan berbahasa salah satunya dalam aspek menulis. Jumlah anak dalam penelitian ini 6 anak yang duduk di Kelas 1 SDLB KENDALREJO 05.

F.   Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, lebih lengkap dan sistematis sehingga data yang diperoleh mudah diolah oleh peneliti (Arikunto,2009:160). Adapun instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Silabus
2.      RPP
3.      Materi pelajaran
4.      Soal pre tes dan pos tes

G. Teknik Pengumpulan Data
a.    Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Metode Tes
Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Penelitian ini menggunakan dua tes yaitu pre tes dan post tes. Post tes diberikan untuk mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan post tes diberikan untuk mengukur keterampilan menulis kalimat dasar setelah diberikan perlakuan. Bentuk soal tes yang diberikan pada saat pre tes dan post tes sama yaitu dengan menggunakan tes tulis dengan materi kalimat dasar. Soal disusun oleh peneliti berjumlah 15 soal yang terdiri dari tiga bagian :
      Bagian pertama : mengisi kalimat yang rumpang
      Bagian kedua    : menyusun kata-kata menjadi kalimat yang benar
      Bagian ketiga    : menulis kalimat dasar yang sesuai dengan gambar

2.   Metode Dokumentasi
Penelitian ini dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang kemampuan anak tunarungu dalam keterampilan menulis kalimat dasar. Adapun dokumentasi penulis yaitu hasil pre tes dan post tes dan foto siswa pada saat pelaksanaan intervensi.
b.   Tahap Pelaksanaan Penelitian
1.    Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan langkah awal yang digunakan peneliti sebelum mengadakan penelitian. Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a.    Menentukan Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menetapkan lokasi penelitian di Kelas 1 SDLB Kendalrejo.
b.    Menyusun Proposal Penelitian
Proposal penelitian disusun dengan tema, topik permasalahan, dan judul yang akan diajukan.
c.    Membuat instrument penelitian
Adapun metode yang digunakan adalah tes maka instrument yang digunakan adalah tes tulis dan tes lisan.
d.   Menyusun Surat Izin Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1)   Mengajukan surat izin ke Fakultas untuk mendapatkan persetujuan pengadaan penelitian.
2)   Penyerahan surat izin kepada lembaga atau instansi terkait. 
2.    Tahap Pelaksanaan Penelitian
a.    Pre tes
Pre tes diberikan untuk mengetahui keterampilan awal menulis kalimat dasar siswa sebelum diberikan intervensi. Soal Pre test yang diberikan berupa soal tes tulis dengan materi keterampilan menulis kalimat dasar
b.    Perlakukan Treatment
Pelaksanaan treatment membutuhkan 6 kali pertemuan. Setiap kali pertemuan dengan waktu 2x35 menit. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam pemberian intervensi menggunakan Model Pembelajaran Langsung dengan media flash card adalah :

Tabel
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Fase-fase
Kegiatan Guru dan Siswa
Pendahuluan
(10 Menit)
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
a. Guru mengajak siswanya untuk berdoa bersama.
b. Guru mengabsen siswanya, mempersiapkan materi ajar dan mempersiapkan media.
c. Secara langsung guru memotivasi siswa dengan menunjukkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, “Anak-anak hari ini kita akan belajar tentang menulis kalimat dasar.
Inti
(50 Menit)
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan
a. Guru mengenalkan gambar dan flash card kepada anak.
b. Guru menjelaskan aktivitas yang ada di dalam gambar kepada anak.
c. Guru menjelaskan cara penyusunan dan penulisan kalimat dasar kepada anak.

Fase 3
Membimbing pelatihan
a. Anak menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar berpola SPO berdasarkan gambar aktivitasnya.
b. Guru membimbing anak dalam menyusun kalimat dasar.
c. Anak menuliskan kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar berpola SPO berdasarkan gambar aktivitasnya.
d. Guru membimbing anak dalam menulis kalimat dasar

Fase 4
Mengecek pemahaman & memberikan umpan balik
a. guru mengecek apakah siswa sudah dapat memahami materi yang telah dipelajari dengan mengecek penyusunan kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar dan mengecek kemampuan di dalam keterampilan menulis kalimat dasar.
b. Guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang kurang  jelas atau materi yang belum dipahami oleh siswa serta memberikan penguatan.

Fase 5
Memberikan kesempatan latihan lanjutan & penerapan
a. Guru memberi reward kepada siswa berupa kata pujian ”hebat” atau ”pintar sebagai upaya atau hasil belajar.
a. Guru memberikan pekerjaan rumah.
Penutup  
(10 menit)
(5      Menit)

a. Guru mengakhiri pelajaran dan meminta siswa untuk pulang.

    Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan paparan materi sebagai berikut :
1.    Pertemuan 1
Mengenalkan 10 gambar sesuai dengan susunan kalimat dasar berpola SPO,
                            yaitu :
a.       Ibu memasak nasi
b.      budi makan nasi
c.       Reza minum susu
d.      Budi pergi sekolah
e.       Ani pulang sekolah
f.       Edo naik sepeda
g.      Nila baca buku
h.      Bambang main kelerang
i.        Adi cuci tangan
j.        Joni beli kue
2.    Pertemuan 2
Pemahaman kembali pengenalan 10 gambar sesuai dengan susunan kalimat SPO
3.    Pertemuan 3
Menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar berpola SPO berdasarkan gambar aktivitasnya
4.    Pertemuan 4
Pemahaman kembali penyusunan kalimat dasar berpola SPO
5.    Pertemuan 5
Menuliskan kata-kata menjadi sebuah kalimat dasar berpola SPO berdasarkan gambar aktivitasnya
6.    Pertemuan 6
Pemahaman kembali dan revisi menulis kalimat dasar berpola SPO
c.    Pos tes
Pos tes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan menulis kalimat dasar deskripsi anak tunarungu setelah diberikan perlakuan media pembelajaran flash card.

H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data penelitian menggunakan analisis data non parametric dengan data kuantatif. Dengan jumlah subjek penelitian kurang dari 10. Sehingga rumus yang digunakan adalah rumus statistik non parametrik jenis uji tanda (sign test ZH).
   Gambar Rumus hasil tes



 

(Samsumbar Saleh, 1995:5)
Keterangan :
Zh        : nilai hasil pengujian statistik sign test
X         : hasil pengamatan langsung, yakni jumlah tanda (+) – p(0.5)
µ          : mean (nilai rata-rata) = n.p   
p          : probabilitas untuk memperoleh tanda (+) atau (-) = 0,5
n          : jumlah subjek
σ          : standar deviasi : n.p.q
q          : 1-p = 0,5
( saleh, 1995:5)

            Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.      Membuat tabel probabilitas tanda.
2.      Menentukan mean (µ)
3.      Menentukan standar deviasi (σ)
4.      Pengujian 1 sisi ( α =5%, Z table = 1,64 ) dengan uji tanda 
I. Interpretasi Hasil Analisis Data
Adapun interpretasi data dari penelitian ini adalah :
1.    Jika  Zh ≤ Ztabel, Ho diterima, yang artinya “tidak ada pengaruh media pembelajaran flash card terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1 di SDLB Kendalrejo”.
2.    Jika Zh ≥ Ztabel, berarti Ho ditolak, dan Ha diterima yang artinya “ada pengaruh media pembelajaran flash terhadap keterampilan menulis kalimat dasar anak tunarungu Kelas 1 di SDLB Kendalrejo ”.




DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dan Soenjono, Dardjowidjojo. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ambo Enre, Fachruddin. 1988. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: teori, fiagnosis, dan remendasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Bunawan, Lani dan Susila Yuwati, Cecilia. 2000. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.
Chaer, Abdul. 2012. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Handayani, Sumekar dan Kasiyati. 2013. Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Melalui Media Gambar Bagi Anak Tunarungu Kelas III B di SDLB N 20 Pondok II Pariaman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, (Online), Vol.2, No. 2, 2013, (diakses 29 Januari 2014).
Kardi, Soeparman dan Nur, Mohamad. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA – University Press.
Kushartanti. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia
Muhammad, Jamila. 2008. Special Education For Special Children. Bandung: Hikmah.
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D ). Bandung: Alfabeta.
Tarigan. H G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar